Tuesday 29 January 2013

just take me. see if i care.


Just An Amateur Artwork #20


"Eight Flew Over, One Was Destroyed (Mew)" -240113-

Just An Amateur Artwork #19


"A Dream (Mew)" -210113-

“Drawing is rather like playing chess: your mind races ahead of the moves that you eventually make.”
David Hockney 

Just An Amateur Artwork #18


"Things are getting complicated these days" -150113-

Just An Amateur Artwork #17


"Lady Owl on a Tree" -150113-

Gambling with Words #3

aku dan mimpi


aku hanya satu diantara mereka yg bermimpi. kataku seraya berusaha memperjelas penglihatanku di tengah keringat yg bercucuran. ak tak dapat melihat apa2, ini gelap. terlalu gelap, bahkan untuk ukuran sebuah geometri mimpi. perlahan ak berjalan, ak mencoba berjalan walau ak tahu arah mata angin tak berlaku dalam dimensi ini. ak berjalan dan keringatku terus bercucuran, ak tak tahu kenapa keringatku tak berhenti mengalir disaat badanku tidak merasa panas. dan disini.. gelap. sunyi. aku hanya satu dari mereka yg bermimpi.

ak terbangun di tengah keringat yg terus berlanjut mengucur. di atas sebuah tempat tidur dan ak memegang dada dimana kukira detak jantungku akan terasa bergoncang hebat, tapi ak terus mencari detak dan tak menemukannya. ak di kamar apartemenku. ak satu dari mereka yg terbangun dari mimpi.

listrik mati dan semesta menghitam. keadaan gelap ini sama sekali tak asing. ak mencoba berdiri dari tempat tidurku yg berukuran king size dan melanjutkan perjalananku. yg gelap dan sunyi. dan bunyi tetesan keringatku seakan menuntunku utk mengikuti ketukannya, berjalan ke arah dimana kepastian berada. ak tau ak hanya satu dari mereka yg bermimpi, tapi, ak tak ingin terbangun. tidak selama ak bisa mendengar lebih jelas disini, di mimpi yg sunyi, ak mendengar suara tangis.

tanganku menyentuh dahi, ak terbangun lagi. mimpi yg tak terasa asing. malam tak berjalan dan waktu tak berombak. ak menyentuh selimutku dan merasakan basah. basah, seluruh tempat tidur, seluruh selimutku, basah. gelap dan ak sendiri. ak satu dari mereka yg terbangun dari mimpi dan sendiri.

ak mengenali listrik yg mati dan semesta yg menghitam ini. ak mulai sesak nafas. langkahku yg tadi tertahan sekarang kucepatkan temponya. suara tangis yg masih terngiang. suara tangis yg berasal dari seorang gadis, ak yakin tak lebih tua ataupun muda dariku. seorang gadis dari dimensi mimpiku, menangis terlalu sendu, namun bukan pedih. ak berlari ke sebuah kamar besar dan mewah, dimana tangisan itu terus terdengar.
tak pernah kudengar tangis sebahagia ini.

selimutku yg basah ak genggam erat. seerat ingatanku akan tangisan gadis itu. nafasku tersengal dan tak beraturan. keringatku mulai benar2 tak bisa kukendalikan. ak merasa dingin. sangat dingin dan mendapati AC-ku masih dalam keadaan mati. sangat dingin dan melihat ak masih sendiri di atas tempat tidur ini. ak satu dari mereka yg terbangun dari mimpi dan sendiri dan merasakan dingin yg sangat menusuk.

listrik tetap mati dan ak tetap berlari, mencari kamar, mencari seorang gadis menangis. ak tak ingin berhenti. ak ingin berlari. ke tangisan seorang gadis yg tak lebih tua ataupun muda dariku. tangisan itu terdengar, terdengar, tangisan lolongan yg sendu namun penuh pengharapan. pengharapan akan suatu dunia baru dimana ia bisa merasa menjadi manusia. ak satu dari mereka yg mengerti tentang sebuah pengharapan, sebuah jendela, dan seorang gadis. dia berdiri tepat di hadapan sebuah jendela berukuran besar.

nafasku tersengal, mataku mulai nanar. angin mulai sangat menyukai permukaan tubuh dan wajahku yg penuh dengan aliran air. aliran air yg berasal dari hulu sebuah akar mimpi. ak terbangun dari sebuah mimpi tentang tangisan pengharapan, seorang gadis, dan sebuah jendela berukuran besar. ak tetap sendiri dan ak tetap bermimpi.

ak tak akan berhenti. tidak sebelum ak bisa mendengarkan cerita dari sedu sedan tangisan itu. sekali lagi. gadis itu, menungguku, di suatu kamar, di hadapan sebuah jendela berukuran besar. ak tahu disaat ak menemukannya ak akan tetap terdiam menatapnya, mendengarkan cerita hidupnya yg terdengar dari nada2 naik turun tangisnya yg penuh dengan pengharapan akan sebuah dunia baru, yg sarat akan sebuah perpisahan. ak tahu disaat menemukannya ak akan mengerti. dia tetap berdiri tegap di hadapan sebuah jendela berukuran besar. dia menoleh ke arahku. sejenak dan tersenyum. terlalu angkuh untuk mengatakan bahwa dia kesepian.

paru2ku semakin terhimpit oleh udara dingin yg semakin menyebar ke saluran dalam urat nadiku. ak tak lagi bisa merasakan apapun selain dingin dan basah. ak dan fana membuatku mati rasa. semua ini membuatku mati rasa. air mata perlahan keluar dari kedua mataku. ak menangis dan berteriak tertahan. ak menangis bukan karena ak sedih. ak menangis karena ak tahu ini saatnya. saat yg tepat untuk terbangun di atas kasur yg basah. saat yg tepat untuk menjadi satu dari mereka yg terbangun tengah malam dan berharap untuk segera meninggalkan ketidakpastian menuju sebuah pengharapan. saat yg tepat untuk terbangun tengah malam dan mensyukuri sebuah kesendirian. saat yg tepat untuk ingin merasa kembali terlahir menjadi manusia, yg bisa lagi merasa. tanpa lembaran uang yg tak bisa membeli seorang pembunuh sepi. ak terus menangis dan menangis. ak bahagia di dalam kesedihan tak bernalar. ak tertawa terbahak di dalam penghujung akhir sebuah perjalanan penuh penghianatan. ak menangis bahagia,
sungguh
sungguh bahagia.

ini waktunya untuk bermimpi.ak mencoba berdiri dari tempat tidurku yg berukuran king size dan melanjutkan perjalananku. yg gelap dan sunyi. dan bunyi tetesan keringatku seakan menuntunku utk mengikuti ketukannya, berjalan ke arah dimana kepastian berada. angin dingin menyeruak ke arahku ketika ak membuka jendela berukuran besar di ruang apartemenku yg berada di lantai 15. dingin yg selama ini kunanti. ak masih terus menangis dan bercerita lewat naik turun nada tangis yg ak lantunkan. cerita tentang dunia yg sangat ingin ak tinggalkan, dunia yg membuatku mati rasa, dunia penuh rumus rupiah dan tempat tidur tak ber-pria. tempatku adalah di sebuah mimpi. ak berdiri dihadapan jendela berukuran besar dan menoleh ke belakang. ak melihat diriku sendiri. berdiri dan mengerti. mengerti walaupun ak terlalu angkuh untuk berkata ak kesepian.
ak siap untuk melompat keluar dan bermimpi.

ak satu dari mereka yg bermimpi dan tak pernah kembali.


Surabaya, 30 Januari 2013
2:00

Tuesday 22 January 2013

CREATIVITY is allowing yourself to make mistakes.
ART is knowing which ones to keep.
- Scott Adams 

Sunday 20 January 2013

Just An Amateur Artwork #13




"Don't look back in anger" -090712-

Don't you know you might find
a better place to play?

Just An Amateur Artwork #12


"There are still so many words I wanna speak" -090712-

Just An Amateur Artwork #11


"femme fatale" -090712-

Gambling with Words #2

akhirnya, aku pulang


aku hanya bisa mengingat gelap disaat terang terlalu menyilaukan

yah, kau tahu. terang yang memberikan kau penglihatan untuk jalan, memberikan kau hangat saat dingin, terang yang menjadikan kau saksi kebahagiaan yang sedang berlangsung di dunia sekitarmu. terang yang itu. terang yang sebenarnya menyenangkan. terang yang seharusnya menyenangkan. terang kadang membuatku lupa, membuatku tak lagi mengejangkan otot2 saraf otak penyimpan kenangan, membuatku menghapus kenangan yang lama dan menambahkan dengan yang baru.

membuatku lupa akan ayah dan ibu.

membuatku lupa akan eksistensi sebuah kenyataan. tentang bagaimana temanku saat itu hanya gelap. tentang kamar kecil tak berjendela yang kukunci rapat2 dari dobrakan tangan yang siap memukul, teriakan kata2 kotor, nafas berbau alkohol ayah. dari inbox ibu berisi rayuan pria paruh baya berperut besar yang mengatasnamakan agama untuk merebut istri orang. tentang lolongan anjing kami sewaktu ayah menyiksanya sampai mati. tentang aku di dalam kamar yang kukunci rapat2 dari dobrakan terang. hanya aku dan gelap. aku berada di rumah.

terang tidak memunculkan ayah dan ibu

sesuatu yang aku ingat berikutnya hanya terang. dalam terang aku melihat ayah dan ibu tertawa. di satu sofa. di depan satu televisi. di mulut satu gelas air putih. terang yang menghadirkan lagu2 tentang masa dimana bunga dibuat dari plastik hanya untuk terlihat lebih menarik, masa dimana kuah2 di dalam mangkok diberi formalin hanya untuk bertahan lebih lama dan dijual kembali. masa dimana kenyataan menjadi terlalu tabu. masa dimana saya harus berpura-pura tak mengingat kamar kecil tak berjendela yang terkunci rapat, dobrakan pintu, kata2 kotor, nafas berbau alkohol, inbox berisi rayuan pria paruh baya berperut besar, dan lolongan anjing kesakitan. masa dimana saya harus tertawa. duduk di satu sofa. di depan satu televisi. di mulut satu gelas air putih.

terang membuatku sakit

terang berlalu lama. terlalu lama. terlalu lama sehingga aku bisa dengan cukup jelas melihat butir alkohol yang menggantung di tengah kumis ayah, diantara matanya yang nanar memerah, dan diantara urat2 tangannya yang mengejang siap memukul disaat kopi bikinanku terlalu manis. terlalu lama sehingga aku bisa dengan cukup jelas melihat nama pria paruh baya berperut besar di handphone ibu ketika ia coba menyembunyikannya di balik punnggungnya. terlalu lama sehingga aku bisa dengan cukup jelas mendengar lolongan anjing kesakitan yang lain, yang terpuruk menunggu siksaan lainnya di garasi rumahku. terlalu lama sehingga terang ini menghujamkan kumpulan virus2 yang bermutasi, menyerang dari segala sudut sel2 antibodi dimana mereka mempertahankanku agar tetap tersadar. menyerangku. membuatku sakit.

aku ingin pulang

terang membuatku rindu akan rumahku yang sebenarnya. aku hanya ingin pulang. pulang dimana kenyataan masih diakui. iya. tempat dimana tak ada palsu, tak ada tawa, sofa, televisi, atau gelas. tempat dimana ayah memanggilku pelacur dengan lantang, tempat dimana ibu memakai pakaian dalam terseksinya hanya untuk dilucuti oleh pria paruh baya berperut besar, tempat dimana aku tak memiliki cukup banyak waktu untuk bermain bersama anjingku sebelum dia disiksa hingga mati. tempat dimana hanya ada aku dan gelap, adalah rumahku. terang sudah membuatku sakit. hanya sebilah pisau yang bisa membuatku menyingkirkannya. dimana kepalsuan itu terasa mulai menyerang, aku segera menyingkirkan sakitnya. aku tak tahan lagi. aku harus sembuh. aku hanya ingin pulang. kepalaku terasa pusing, aku menusuknya. perutku terasa mual, aku merobeknya. kakiku terasa kesemutan, aku mencabik2nya. denyut nadiku terasa mati, aku mengirisnya.

untuk pertama kali, setelah bertahun2 lamanya, akhirnya aku melihat gelap. akhirnya aku merasa benar2 berada di rumah.

akhirnya,
aku pulang


Surabaya, 20 Januari
15:41

Monday 14 January 2013


Sometimes we've got nowhere to be.
Nothing to talk about.
And nothing to agree on.
- Mew 

Friday 11 January 2013

Gambling with Words #1

muntah



saya grace. saya perempuan. saya manusia. saya hidup di sebuah masa. saya hidup di sebuah teori.


saya grace. saya perempuan. dan yg saya miliki tak lebih dari sekedar cerita. tentang perempuan berumur kepala dua dan muntahannya. muntahannya tentang berbagai desang desing kata, tentang hingar bingar tawa, sedu sedan pengakuan, getir yg mengecup nasib. mual yg mencumbu muntahan.



saya grace. saya perempuan. saya terlahir dengan sebuah vagina. saya memeluk nasib dan entah kenapa nasib membalasnya. betapa pelukan itu sangat erat hingga menghimpit kerongkongan, mencengkeram lambung dan usus saya.


saya grace. saya perempuan. saya terlahir dengan sebuah perasaan. saya membutuhkan laki2. butuh, iya saya butuh. saya butuh mereka untuk tersenyum menawarkan hot chocolate yg berselimut sore, untuk membagi keripiknya di tengah tawa yg menggelegak, untuk berlomba menguji ketahanan tubuh saat cuaca dingin menembus kulit, untuk menatap, bukan 'ke' tapi 'melewati', kedua mata saya dan berkata "kamu cantik".
tapi apa yg saya dengar selama ini hanya celotehan dari mulut2 tak berperasaan. dan bagian yg paling menyakitkan adalah: tawa laki2. tawa laki2 akan standard yg mereka tetapkan sesuka hati. standard lekuk demi lekuk perempuan yg mereka sebut seksi, yg mereka sebut cantik, seakan mereka sedang menghakimi kawanan anjing.
tawa menjijikkan dari kaum pengklaim fakta, mendewakan kekuasaan testosteron dalam tubuhnya. tawa menjijikkan seperti tawa mesum pemilik berbagai boneka barbie ketika menelanjangi barbienya dan berfantasi. benar2 membuatku ingin muntah.


saya grace. saya perempuan. saya terlahir dengan sebuah kerongkongan, lambung, dan usus. saya membutuhkan makanan. butuh, iya saya butuh. saya membutuhkan makanan untuk melarikan diri dari segala nalar tak berujung. saya membutuhkan makanan untuk memuaskan hewan di dalam tubuh saya, untuk merasa bebas, bebas mengunyah, mencerna, kemudian mengunyah lagi. saya hanya ingin melahap. tapi saya mual.
saya ingin muntah.
tiap kali saya memikirkan hewan yg perlahan2 menggerogoti pintu lambung saya, yg saya lihat adalah bayangan proyeksi saya dengan gelambir2 lemak yg menggelayuti tubuh saya. yg saya dengar hanya berbagai desang desing kata, hingar bingar tawa, sedu sedan pengakuan, getir yg mengecup nasib. mual yg mencumbu muntahan.
saya harus muntah.
untuk mengisi dogma2 yg teronggok di tiap sudut jalan, untuk terus bisa merasakan tulang pipi, tulang rusuk, dan tulang punggung yg mencuat di permukaan tubuh saya. saya harus muntah untuk berhenti merasa mual, untuk merasa dilihat, bukan 'di' tapi 'melewati', kedua mata saya oleh laki2 dan mendengar ia berkata "kamu cantik".








saya grace. saya perempuan. saya hidup di sebuah masa. saya hidup di sebuah teori. dia laki2. dia hidup di sebuah masa. dia hidup di sebuah teori. dia menatap melewati kedua mata saya dan berkata, "kamu cantik".


saya muntah.

Surabaya, 12 Januari 2013
3:03

Thursday 10 January 2013

that look.....


oh fuck

untuk tawa-tawa yang hilang

what happened to us?

we used to be laughing so hard

you used to be laughing so hard

in front of my face




what happened to us?

we used to be drinking the same black coffee in the same glass

we used to be smart in the same stupidity




what happened

now,

what happened to us?




now we’re talking about each other so hard

behind our backs

now we drink coffee separately

being stupid in the different intelligence




i hardly think about you and all of this falsity but,

i miss you sometimes




i miss you when my coffee doesn’t get so black..

- untuk tawa-tawa yang hilang. tergantikan? atau jangan-jangan, memang gak pernah ada? -

Just An Amateur Artwork #3



“Not Ready for a Goodbye” -270612-

a goodbye,
will never be just a cliche

Just An Amateur Artwork #2


“The strings are new somehow the wood isn’t that young” -260612-

:)

aku ga akan melupakan hari dimana aku membuat kamu menangis

kamu bilang, aku cewek pertama yang membuat kamu menangis

hihik :3

sore itu

sore dimana aku melihat kamu yang sebenarnya,

lebih penting lagi, kamu melihat aku

yang sebenarnya

Just An Amateur Artwork #1





“Sadness Within the Rainbow” -250612-

gak selamanya pelangi bisa menghibur kamu
gak selamanya warna-warni bisa mengisi putih
bukan salahmu
salahkan pelanginya



we are the last warriors

defending what we called as home
being profaned from the side
to which we can not decide
who or which are our foes

we are no longer trusting
to whom we know has marked
us as their puppets
but the fatalest mistake you’ve done is
you think we are stupid

but we are not

so the disappointment has been thrown
speak as you want
defend yourself as you could
but with all the respect,

do not expect me to lie or even shut the fuck up for you

melodi malam

00.29

diantara ketidaktahuan dan kesoktahuan akan dimensi waktu,
aku sebut saja ini malam hari

selamat malam, pembaca dan pelantur
jika pada suatu waktu kau tersesat di sebuah ruang yg baru aku ciptakan ini, kau akan tahu,
semua tersusun berdasarkan melodi yg tak kenal struktur
dimana ideologi akan kantuk tak kantuk sudah tak berlaku

disini ruangku untuk jujur

entah pada malam, marlboro, irish coffee atau selimut biru


- cindy karina kustiari, pada malam dimana ia akhirnya ingin jujur kepada dirinya sendiri

2013




am i too late for a “Happy New Year”?
haha my apology
seems like the euphoria has just came along into my brain
yea kinda have a good hunch for this year, a very good one

hopefully,
the number 13 in 2013 is gonna bring me some luck!